Malam ini saya akan membicarakan sedikit, ya sedikit saja tentang The Hippocratic Oath dan perwajahan dokter di Indonesia saat ini.

Saya tergerak untuk menuliskan ini karena sejauh yang saya amati saat ini, belakngan sumpah Hippocrates banyak disadur untuk membahas hal yang berkaitan dengan fenomena yang sedang heboh akhir-akhir ini, yaitu isu pengangkatan Ribka sebagai menteri kesehatan kabinet Jokowi-JK. Bahkan muncul pula ke permukaan petisi yang menolak Ribka Tjiptaning sebagai Menkes menggantikan Nafsiah Mboi, bahkan mahasiswa yang kebanyakan tidak tahu secara mendalam duduk permasalahan pun ikut dalam aksi tersebut.

Bagi yang belum tau siapa itu ribka tjiptaning silakan dibaca dulu biografinya. Saya tidak akan membahas tentang beliau disini.
Berikut saya kutip kan lafal sumpah dokter Indonesia versi lengkap, banyak sekali versi yang beredar, tetapi kurang lebih nya seperti dibawah ini.

Sumpah Dokter Indonesia
Demi Allah saya bersumpah bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan;
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruhi oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, poliyik kepartaian, atau kedudukan sosial; Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;.
Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

Seperti itulah lafal sumpah dokter yang nantinya akan kita ucapkan saat pelantikan resmi menjadi dokter, versi sumpah ini sudah diubah dan disesuaikan di Indonesia dari lafal The Hippocratic Oath yang asli pada masa lampau
Lalu bagian mana dari sumpah dokter yang sesuai dengan kondisi akhir-akhir ini ?
Yaitu pada bagian “Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan”. Dijelaskan dalam beberapa tulisan bahwa Ribka telah menodai sumpah tersebut, Ribka telah menghina profesi dokter dengan berbagai pernyataan kontroversialnya. Saya akui memang pernyataan Ribka kontroversial dan cenderung memojokkan profesi dokter, benar jika Ribka sudah melanggar sumpah pada poin tersebut, Ribka tidak melakukan teman sejawat sebagaimana Ribka sendiri ingin diperlakukan. Atau mungkin saja Ribka memang ingin diperlakukan seperti selama ini ia memperlakukan teman sejawatnya? Hanya Ribka yang tahu.

Tetapi ada hal yang menarik disini, terlepas dari kontroversialnya pernyataan Ribka diberbagai media tentang profesi kedokteran, saya mengamati banyak bermunculan tulisan dan desakan yang menolak Ribka menjadi menkes dengan berbagai alasan, bahkan ada yang secara detail menjelaskan keburukan-keburukan Ribka di sana. Saya melihat kejadian ini sudah masuk dalam ranah pembunuhan karakter seseorang, saya yakin siapa saja yang membaca berbagai desakan yang bermunculan di internet, apabila mendengar nama Ribka maka yang terbayang adalah segala keburukan, dan ketidakpantasan beliau untuk menjadi Menkes.

Kurang lebih fenomena menarik ini memiliki analogi yang tepat dengan negative-campaign, anda harus bedakan antara black-campaign dan negative-campaign. Pada kasus ini lebih ke negative-campaign, karena memang benar adanya seperti itu. Tapi apakah itu baik dalam kalangan dokter?
Lalu timbul pertanyaan yang mengusik saya? Lalu apa bedanya Ribka dengan orang-orang yang menjelek-jelekkan Ribka ini (terlepas pada fakta jika memang riwayat yang buruk), bukankah mereka semua juga melanggar poin sumpah dokter “Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan”?
Kalaupun Ribka sudah menghina profesi ini, lalu apa kita patut untuk menghina Ribka dan menjatuhkannya sebagai balasan apa yang telah Ribka perbuat?
Saya sudah membaca biografi beliau dan track record selama ini, sayapun memang kurang setuju jika beliau menjadi Menkes, tetapi menjatuhkan nama seseorang adalah hal yang saya kita kurang beradab juga. Amati saja segala broadcast yang beredar, disana hanya tergambar kebencian tanpa mengedepankan akal sehat. Tulisan yang beredar pun demikian.
Atau memang budaya saling menjatuhkan seperti ini yang sedang para dokter kita gandrungi? Apakah mereka memperlakukan sejawatnya seperti mereka ingin diperlakukan dengan cari saling mencaci maki dan saling menusuk seperti ini ?
Pertanyaan ini yang menggerakkan saya untuk menulis ini, bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan bukanlah budaya yang patut kita pertahankan, saya kira agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan.
Saya berharap nurani kita belum tertutupi emosi berlebihan yang menggelapkan dan melenyapkan akal pikiran, untuk berpikir jernih dan menyikapi segala permaslaahan dengan terang benderang tanpa mengutamkan kepentingan pribadi dan golongan, tetapi mengedepankan kepentingan bersama.
Semoga kabinet Jokowi-JK memilih orang yang tepat dan memang kompeten di bidangnya serta mampu membawa perubahan positif, termasuk memilih Menteri Kesehatannya.